CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

12 Desember 2008

Post Abortion Syndrome (Penderitaan Mental dan Emosional Pada Perempuan Setelah Aborsi)

“Pengguguran berakibat menyakitkan , tanpa memperhatikan berapa besar kepercayaan religiusnya seorang perempuan , atau bagaimana positif keyakinannya untuk membuat keputusan aborsi” 

-- Vincent Rue, Ph.D. - Psychologist


Dr. Anne Speckhard, Ph.D. Pada studinya mengenai Post Abortion Syndrome menemukan beberapa fakta seputar efek aborsi terhadap perempuan:

Kejadian yang Berhubungan dengan Aborsi

· 23% berhalusinansi yang berhubungan dengan aborsi
· 35% merasa di datangi/melihat bayi yang telah di aborsi
· 54% bermimpi buruk yang berhubungan dengan aborsi
· 69% merasakan “kegilaan”
· 73% mengalami flash back memori ketika terjadi aborsi
· 81% mengalami perasaan seakan bayi tersebut masih ada

Masalah Perilaku yang Paling Sering Terjadi Setelah Aborsi

· 61% meningkatkan penggunaan alkohol
· 65% memiliki dorongan untuk bunuh diri
· 69% mengalami gangguan seksual
· 73% mengalami flash back memori ketika terjadi aborsi
· 77% mengalami kesulitan untuk berkomunikasi
· 81% sering menangis

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.

Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri (82%)
2. Berteriak-teriak histeris (51%)
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

Kenapa seorang perempuan post-abortive dapat menderita Post-Abortion Syndrome? Apakah Post-Abortion Syndrome selalu terjadi pada setiap perempuan post-abortive? Mungkinkah seorang Post-Abortive tidak mengalami PAS ? Kenapa para penderita PAS adalah perempuan, apakah lelaki tidak dapat mengalami PAS? Kasus aborsi seperti apa yang dapat mengakibatkan trauma hingga terjadi PAS?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut tentunya banyak mengganjal di benak setiap orang, tidak hanya bagi perempuan yang mengalami PAS itu sendiri namun juga keluarga dan lingkungan terdekat yang mengamati secara langsung bagaimana PAS berkembang dan mempengaruhi kehidupan seseorang. 

Aborsi secara definisi adalah pengguguran kandungan sebelum waktunya secara paksa. berbeda dengan keguguran, aborsi dilakukan secara sengaja dan sadari. Secara Hukum, aborsi dapat dibedakan menjadi :
Legal

Alasan aborsi ini dilegalkan adalah pertimbangan tertentu yang mendesak, antara lain karena faktor kesehatan yang dapat membahayakan kesehatan ibu atau anak yang di kandungnya atau karena kehamilan akibat korban perkosaan yang menyebabkan depresi berat bagi si korban. Biasanya tindakan aborsi ini di lakukan oleh tenaga medis profesional atas persetujuan keluarga dan pihak-pihak yang terkait.
Ilegal

Aborsi ini biasanya di oleh tenaga medis atau dukun beranak atau dengan mengkonsumsi obat-obat tertentu yang dapat menggugurkan kandungan. Berbeda dengan yang sebelumnya, aborsi ini biasanya di lakukan oleh pasangan di luar nikah yang belum siap memiliki anak atau pasangan yang memang tidak menghendaki adanya anak. Prosedur aborsi yang ilegal biasanya tidak selalu di lakukan oleh tenaga medis yang profesional atau dengan standar medis yang baik dan tidak memiliki perlindungan hukum atas prosedur medis tersebut.

Berdasarkan prosedur medisnya, aborsi masih memiliki banyak pembagiannya ( selengkapnya baca abortus ). Prosedur medis tersebut menjadi salah satu hal yang dapat memicu terjadinya PAS. Bila anda pernah melakukan aborsi dengan keadaan-keadaan berikut maka anda mungkin mengalami trauma yang dapat mengakibatkan terjadinya PAS :

- Aborsi yang tidak bersih
- Pendarahan hebat
- Aborsi tanpa di beri obat penghilang rasa sakit
- Aborsi karena paksaan dari luar
- Proses aborsi yang lama
- Penanganan paska aborsi yang tidak tuntas

Penanganan yang lambat pada kasus-kasus tersebut biasanya dapat menyebabkan depresi dan stress yang berkepanjangan. Pada kasus di mana aborsi di lakukan secara ilegal, banyak perempuan yang tidak berani memeriksakan diri ke dokter ketika terjadi komplikasi dengan alasan malu dan takut. Hal seperti itulah yang kemudian menjadi fenomena gunung es, di mana komplikasi kesehatan baik itu fisik ataupun psikis terpendam di bawah permukaan. 

Pada kasus penanganan paska aborsi yang tidak tuntas dan bersih, dapat terjadi gangguan kesehatan. Gangguan paska aborsi bisa jadi tidak muncul untuk beberapa waktu ke depan, namun penanganan yang tidak tuntas dapat mengakibatkan resiko berikut :

- Kesulitan hamil
- Lemah kandungan
- Keguguran
- Tumor rahim
- Rasa sakit ketika melakukan hubungan sex
- Frigid
- Masalah reproduksi lainnya...

Selain gangguan fisik, gangguan paska aborsi juga dapat mempengaruhi psikis seorang post-abortive dengan munculnya reaksi alamiah emosi-emosi yang berhubungan dengan trauma aborsi. Sama halnya dengan gangguan fisik, gangguan psikis juga bisa saja tidak muncul pada saat bersamaan atau pada awal paska aborsi, namun bisa terjadi setelah kurun beberapa waktu kemudian baik itu terjadi satu-persatu ataupun bersamaan . Berikut adalah beberapa contoh emosi yang muncul paska aborsi :

- Rasa malu
- Perasaan bersalah
- Kesedihan yang berlarut-larut
- Kehilangan rasa percaya diri
- Merasa tidak berharga

Rasa malu dan perasaan bersalah adalah sesuatu yang sangat normal, namun ketika emosi-emosi tersebut di tekan dan tidak di munculkan ke permukaan, dapat menjadi berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan emosional lainnya yang lebih sulit di atasi. Biasanya pada kasus-kasus dimana perempuan post-abortive menyangkal emosi-emosi dari dalam dirinya, mereka akan lebih sulit untuk dapat melanjutkan hidup karena gejolak emosi di dalam diri mereka akan terus mengganggu. Gangguan emosi tersebut dapat mengendap hingga waktu yang cukup lama seiring dengan proses kompensasi melalui mekanisme pertahanan diri ( baca mekanisme pertahanan diri). Namun secara alamiah emosi-emosi tersebut akan mencoba muncul ke permukaan seiring dengan waktu. PAS biasanya terjadi pada perempuan post-abortive yang menyangkal dan tidak dapat menghadapi dan menerima respon emosional tersebut. Pada kasus yang berat, gangguan emosional dapat menjadi lebih parah seiring dengan terjadinya kondisi berikut :

- Numbness ( beku secara emosi )
- Berhalusinansi mendengar atau melihat bayi
- Bermimpi buruk
- Mengalami gangguan tidur
- Tidak mampu bersosialisasi
- Percobaan bunuh diri 

Post Abortion Syndrome atau PAS adalah istilah yang di pakai untuk menggambarkan sekumpulan gejala fisik dan psikis yang terjadi paska terjadinya aborsi. PAS merupakan gangguan stress dan traumatik yang biasanya terjadi ketika seorang perempuan yang post-abortive tidak dapat menghadapi respon emosional yang dihasilkan akibat trauma aborsi. PAS terjadi berbeda-beda pada setiap orang tergantung berat atau tidaknya gejala yang terjadi, PAS dianggap telah berat ketika kondisi seorang perempuan post-abortive sudah mengarah pada gejala yang dapat mengganggu kelangsungan hidupnya ataupun keselamatan dirinya.

PAS dapat terjadi tidak lama setelah lama setelah aborsi atau bisa saja baru muncul ke permukaan beberapa bulan hingga bertahun-tahun kemudian. Banyak perempuan yang takut untuk membicarakannya karena merasa malu telah melakukan aborsi. Hal inilah yang kemudian membuat trauma tersebut terpendam di bawah alam sadar mereka hingga mereka tidak menyadari bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi mereka dalam berpikir, berperilaku dan bahkan mempengaruhi kesehatan reproduksi mereka di kemudian hari. 

PAS tidak selalu terjadi pada setiap perempuan post-abortive, biasanya mereka yang dapat menghadapi dan menerima respon emosional yang muncul akibat trauma aborsi dapat segera pulih dan meneruskan hidupnya. Pada beberapa kasus, perempuan post-abortive akan jauh lebih cepat pulih dengan melakukan konseling dan terapi. 

Post abortion Syndrome tidak hanya terjadi pada perempuan post-abortive, namun juga pada laki-laki post-abortive, dalam arti pasangan perempuan post-abortive yang juga berperan penting dalam membuat pilihan aborsi. Namun pada lelaki post-abortive biasanya gejalanya ringan berupa gangguan emosi ringan seperti rasa malu, perasaan bersalah, bersedih dan menyesal. Perempuan post-abortive bisa mengalami gejala lebih berat karena mereka secara langsung baik itu fisik ataupun emosi langsung berhubungan dengan trauma aborsi.

Jika anda ingin mengetahui lebih detail apakah anda atau orang dekat anda menderita PAS atau tidak, anda dapat membaca PAS Quiz dan membuka bagian Recovery program untuk mendapatkan informasi mengenai tahap pemulihan PAS.


0 komentar: